Sabtu, 25 Desember 2021

Perihal Ratu Kalinyamat

Seputar Ratu Kalinyamat

Nama aslinya adalah Ratna Kencana. Berganti nama menjadi Ratu Kalinyamat sesudah berkuasa di Kalinyamat tetapi sebelum menikahi Pangeran Hadiri. 

Ratu Kalinyamat dan Arya Penangsang merupakan cucu dari Raden Patah. Ratu Kalinyamat merupakan anak dari Sultan Trenggana dan dari garis keturunan Raden Patah dan Ratu Asyikah. Arya Penangsang merupakan putra Raden Kikin dari garis keturunan Raden Patah dan putri Adipati Jipang (selir).

Ratu Kalinyamat merupakan putri dari Sultan Trenggana dan Ratu Pembayun. Tidak hanya melahirkan Kalinyamat, tetapi juga Raden Mukmin (Sunan Prawata). Selain itu, Ratu Kalinyamat mempunyai dua adik yaitu Ratu Mas Cempaka yang diperistri Sultan Hadiwijaya dan adik bungsu yang kemudian berkuasa di Madiun bergelar Adipati Rangga Jumena (Panembahan Madiun).

Pernikahan Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadiri diyakini karena kepentingan politik antara Kesulatanan Demak dan Kesultanan Aceh Darussalam. Pangeran Hadiri adalah putra dari Sultan Munghayat Syah dari Aceh Darussalam. Pernikahan politik ini didasari oleh kesamaan kepentingan yaitu menentang Portugis.

Meskipun didasari pernikahan politik, tetapi Ratu Kalinyamat sangat mencintai Pangeran Hadiri. Terbukti ketika dia datang menghadap Sunan Kudus untuk meminta pertanggungjawaban atas pembunuhan Sunan Prawata oleh Rangkud, dimana ia ditemani oleh Pangeran Hadiri. Namun ironisnya, Pangeran Hadiri dibunuh dalam perjalanan pulang menuju ke Kalinyamat. Menyebabkan Ratu Kalinyamat bertekad membalaskan dendam kepada Arya Penangsang dan tidak akan menghentikan tapa wuda asinjang rikma (bertapa telanjang dengan rambut sebagai penutup aurat). Ia bertapa di Gelang Mantingan, Danarasa, hingga Danaraja. Di Babad Tanah Jawa, hanya disebut bahwa Ratu Kalinyamat bertapa di Danaraja.

Ratu Kalinyamat pun memutuskan tidak akan menikah dengan pria lain setelah kematian suaminya. 

Mengenai Wilayah Kalinyamat


Semula Kalinyamat merupakan kerajaan bawahan Demak sejak Sultan Trenggana (1521 - 1546) dan Sultan Prawata (1546 - 1549) pada masa pemerintahan Pangeran Hadiri. Namun setelah dipegang oleh Ratu Kalinyamat (pasca kematian suaminya), Jepara merupakan wilayah otonom dari Sultan Hadiwijaya di Pajang. Pada masa pemerintahan Pangeran Hadiri, daerah di bawah kekuasaan Kerajaan Jepara adalah Jepara, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang, dan Mataram.

Dendam: Awal Mula Peristiwa Berdarah


Arya Penangsang menyimpan dendam kepada Raden Mukmin karena ayahnya, Raden Kikin, dibunuh oleh Raden Mukmin. Peristiwa berdarah itu terjadi sepulangnya Raden Kikin dari shalat Jumat. Raden Kikin dibunuh oleh suruhan Raden Mukmin, Ki Surayata, menggunakan keris Kyai Setan Kober yang merupakan milik Sunan Kudus. Hal tersebut dilakukan karena Raden Kikin menjadi saingan Raden Trenggana-- ayahanda dari Raden Mukmin dan Ratu Kalinyamat-- dalam memperebutkan takhta Demak. Upaya tersebut berakhir dengan tewasnya Raden Kikin oleh Surayata, dimana Surayata kemudian dibunuh oleh pengawal Raden Kikin. Oleh sebab itu Raden Kikin mendapatkan julukan Pangeran Sekar Seda ing Lepen.

Sebelumnya Arya Penangsang tidak tahu menahu dalang dibalik kematian ayahandanya. Suatu ketika, Raden Mukmin naik takhta dan bergelar Sunan Prawata. Tetapi semakin lama, hubungan Sunan Prawata dengan sang guru, Sunan Kudus, semakin renggang. Sunan Prawata menjadi lebih dekat dengan Sunan Kalijaga. Oleh sebab kecemburuan melihat muridnya tidak lagi setia padanya, Sunan Kudus memutuskan melepas jabatan sebagai Kepala Masjid Agung Demak. Posisi itu kemudian digantikan oleh Sunan Kalijaga. 

Sunan Kudus yang mengetahui kebenaran dibalik kematian Raden Kikin pun memanggil muridnya, Arya Penangsang. Sunan Kudus kemudian menceritakan perihal Sunan Prawata yang tak lagi setia kepadanya dan lebih memilih untuk berguru pada Sunan Kalijaga. Juga mengenai dalang dibalik kematian ayahanda Arya Penangsang yang merujuk pada satu nama: Sunan Prawata. Hal tersebut membuat Arya Penangsang marah besar. Sunan Kudus memerintahkan Arya Penangsang untuk membunuh Sunan Prawata. Arya Penangsang mengutus Rangkud untuk melaksanakan titahnya itu. Malam hari, ketika Sunan Prawata sedang tertidur pulas bersama istrinya, Rangkud datang melancarkan aksinya. Sunan Prawata berhasil dibunuh dengan keris Kiai Bethok. Dengan sisa kesadaran, Sunan Prawata kemudian mengambil keris Kiai Bethok yang menusuk tubuhnya dan melemparkannya ke arah Rangkud.

Mendengar berita kematian kakaknya, Ratu Kalinyamat beserta Pangeran Hadiri datang ke tempat Sunan Kudus untuk meminta pertanggungjawaban. Namun hal itu sia - sia. Sunan Kudus berkata, "Nyawa harus dibayar dengan nyawa."

Sesudah itu, Ratu Kalinyamat memutuskan untuk kembali ke Kalinyamat. Ironisnya, Pangeran Hadiri dibunuh dalam perjalanan pulang. Membuat Ratu Kalinyamat membulatkan tekad untuk membalaskan dendam kepada Arya Penangsang. Serta memutuskan tidak akan menghentikan tapa wuda asinjang rikma. Ia bertapa di Gelang Mantingan, Danarasa, hingga Danaraja. Di Babad Tanah Jawa, hanya disebut bahwa Ratu Kalinyamat bertapa di Danaraja.

Mendengar bahwa Ratu Kalinyamat berkeinginan membalaskan dendam atas kematian suaminya kepada Arya Penangsang, Adipati Hadiwijaya-- suami dari adik Ratu Kalinyamat yaitu Ratu Mas Cempaka-- memutuskan untuk membantu. Sebagai balasan atas bantuan itu, Ratu Kalinyamat berjanji akan memberikan tanah Mataram dan Pati kepada Adipati Hadiwijaya.


Kematian Arya Penangsang


Arya Penangsang yang sedang berbuka puasa setelah berpuasa 40 hari mendengar ribut ribut di alun - alun. Dia menyuruh Patih Mentaun untuk memeriksanya. Arya Penangsang yang mendapatkan laporan dari seorang tukang rumputnya bahwa Penjawi, Pemanahan, dan Juru Mretani telah bertindak semena - mena terhadap bawahannya itu pun merasa tidak terima. Selain itu, Patih Mentaun juga membawa secarik kertas yang berisi tantangan duel di Sungai Bengawan Sore. Meskipun diperingatkan oleh Patih Mentaun supaya tidak terpengaruh, tetapi Arya Penangsang tidak menggubrisnya. Arya Penangsang pergi seorang diri ke sana untuk menerima tantangan duel itu. Kecerobohannya inilah yang mengantarkannya kepada kematiannya sendiri.

Mengetahui bahwa Adipati Hadiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang, sesuai janjinya Ratu Kalinyamat menghadiahkan tanah Mataram dan Pati. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat inilah, Pati dan Mataram lepas karena dihadiahkan melalui Adipati Hadiwijaya lepada Penjawi dan Pemanahan yang telah membantunya membunuh Arya Penangsang. Menurut Babad Tanah Jawa, orang yang membunuh Arya Penangsang adalah Ngabehi Loringpasar (Danang Sutawijaya) anak angkat Sultan Hadiwijaya atau anak kandung Pemanahan.

Ratu Kalinyamat adalah Tokoh Wanita yang Disegani


Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1550-1579), Kalinyamat berada di puncak kejayaan. Selain itu, Ratu Kalinyamat juga gigih melawan Portugis. Tercatat pada tahun 1550, Sultan Johor meminta bantuan militer kepada Ratu Kalinyamat. Wanita itu menyanggupi dengan memberikan 4.000 pasukan Jepara dalam 40 kapal untuk membebaskan Malaka dari Portugis. Serangan ini gagal.

Tahun 1573, Sultan Aceh meminta bantuan pasukan kepada Ratu Kalinyamat. Ia mengirimkan 300 kapal yang bermuatan 15.000 prajurit. Sayangnya, pasukan dipimpin Ki Demang Laksmana baru tiba di Aceh pada Oktober 1574. Dimana pada saat itu pasukan Aceh telah dipukul munsur oleh Portugis. Sebanyak 30 kapal dari Kalinyamat dibakar habis oleh Portugis. Lantaran Pihak Kalinyamat terus terdesak, pasukan Portugis mengajak berunding. Namun pihak Kalinyamat menolak, sehingga 6 kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat dirampas oleh Portugis. Pasukan yang hanya tersisa sepertiganya itu bertolak kembali ke Kalinyamat.

Meskipun dua kali gagal menyerang Portugis, Ratu Kalinyamat digambarkan sebagai seorang wanita yang gagah berani. Portugis mencatat Ratu Kalinyamat sebagai "Rainha de Japara, senhora pedorosa e rica, de kranige Dame" yang bila diartikan menjadi "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani". Ratu Kalinyamat dimakamkan di Mantingan.

Anak - Anak Asuh Ratu Kalinyamat


Ratu Kalinyamat mengasuh Arya Pangiri dan Raden Ayu Semangkin anak dari Sunan Prawata, Pangeran Arya Jepara yang merupakan putra Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten dan Pangeran Timur-- putra bungsu dari Sultan Trenggana atau adiknya sendiri.


Keruntuhan Kalinyamat


Karena tidak punya putra, maka kemenakannya atau anak angkatnya yang bernama Pangeran Arya Jepara diangkat menjadi raja pada 1579. Tahun 1580, Sultan Maulana Hassanudin dari Kasultanan Banten yang merupakan ayah kandung Pangeran Arya Jepara mangkat. Arya Jepara bertekad merebut Banten dari tangan saudaranya, Maulana Muhammad. Tetapi hal itu gagal karena panglima perangnya, Demang Laksamana, gugur di medan perang.

Ada pula perebutan kekuasaan di Kerajaan Pajang antara Arya Pangiri (memantu Sultan Hadiwijaya) dan Pangeran Banawa (putra Sultan Hadiwijaya yang menjadi adipati di Jipang). Perebutan ini dimenangkan oleh Pangeran Benawa.

12 tahun berikutnya, Jepara diserang oleh Pasukan Mataram. Meskipun kepayahan menaklukan Jepara, pada akhirnya Jepara tiba pada masa keruntuhan setelah Mataram tiga kali menyerang Jepara pada tahun 1599.

Pro dan Kontra 


Ada beberapa pro kontra di kalangan sejarahwan tentang tapa brata Ratu Kalinyamat. Di Babad Tanah Jawa digambarkan sebenarnya. Tetapi yang kontra mengatakan bahwa tapa brata itu hanya kiasan atau simbolik saja. Mereka percaya bahwa Ratu Kalinyamat menunaikan laku spiritual dengan meninggalkan urusan duniawi berupa kekayaan dan kekuasaan warisan Pangeran Hadiri di Kalinyamat.

Penutup


Ratu Kalinyamat adalah salah satu tokoh wanita terkenal dari Jepara, selain R. A. Kartini dan Ratu Jay Shima. Dia digambarkan sebagai seorang ratu hebat dari Jepara, yang bertekad untuk membalaskan dendam suaminya yang tiada di tangan Arya Penangsang. 

Terima kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar